Bahaya Rokok

Written By Anatomic on Selasa, 29 Maret 2011 | 09.13

Etiopatogenesis

Seperti pada kanker pada umumnya, etiologi pasti dari tumor paru belum diketahui dengan pasti Namun diperkirakan inhalasi bahan karsinogenik merupakan faktor utama. Bahan karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.

1. Pengaruh Rokok
Terdapat cukup fakta untuk menghubungkan rokok dengan tumor paru. Bahan karsinogen yang terdapat dalam asap rokok antara lain adalah Polonium 210 dan 3,4 Benzypyrene. Penggunaan filter rokok dikatakan dapat menurunkan resiko tumor paru, akan tetapi resiko untuk terjadinya tumor paru pada perokok tetap lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko terjadinya tumor paru meningkat  13 kali pada perokok aktif dan  1,5 kali pada perokok pasif yang terpapar dalam jangka waktu yang lama.
Angka kejadian tumor paru berhubungan dengan jumlah total rokok yang dihisap, dan ini biasanya dinyatakan dalam “pak-rokok per tahun”. Sebagai suatu misal adalah seseorang yang merokok sebanyak 2 pak per hari selama 20 tahun resikonya meningkat antara 60-70 kali dibandingkan dengan yang bukan perokok. Bila seorang perokok menghentikan kebiasaannya, maka penurunan resiko baru tampak setelah 3 tahun penghentian dan resikonya akan menurun menjadi seperti pada bukan perokok setelah 10-13 tahun. Merokok cerutu atau pipa sampai sekarang masih tidak jelas hubungannya dengan tumor paru. Begitu juga dengan apakah ada perbedaan antara rokok kretek dan rokok putih.
Peningkatan angka kejadian tumor paru pada wanita juga dipengaruhi oleh peningkatan penggunaan roko pada wanita. Wanita mempunyai resiko relatif lebih besar per paparan daripada pria ( 1,5 kali lebih besar). Perbedaan gender ini mungkin berkaitan dengan lebih tingginya sensitivitas terhadap bahan karsinogenik tembakau pada wanita.
Dengan dasar tersebut , maka adalah wajar bila pencegahan utama tumor paru berupa upaya memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan seorang perokok aktif adalah sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok pasif. Namun menghentikan kebisaan merokok sangat sulit, karena kebiasaan merokok menyebabkan adiksi terhadap nikotin. Mencegah seseorang untuk merokok mungkin lebih efektif, dan usaha ini kemungkinan besar dapat berhasil bila ditujukan pada anak-anak dan remaja.

2. Pengaruh paparan industri

Bahan-bahan industri yang banyak dihubungkan dengan kejadian tumor paru adalah asbestosis. Dinyatakan bahwa asbestos dapat meningkatkan resiko sebanyak 6-10 kali. Bahan radioaktif juga bersifat karsinogenik. Penambang uranium mempunyai resiko 4 kali lebih besar dibandingkan dengan populasi umum. Paparan industri ini biasanya baru nampak pengaruhnya setelah 15-20 tahun.
Lapangan pekerjaan lain yang meningkatkan resiko menderita tumor paru adalah penambang nikel, industri ion exchange resins yang menggunakan klorometil dan bis klorometil eter, penambang biji kromit dan industri pemakai arsenikum. Jenis histologik tumor paru yang paling sering dijumpai pada paparan industri adalah karsinoma epidermoid dan karsinoma sel kecil. Merokok akan meningkatkan resiko yang telah ada akibat paparan bahan industri.

3. Pengaruh penyakit lain/predisposisi tumor paru karena penyakit lain

Tuberkulosis paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi tumor paru melalui mekanisme hiperplasia metaplasi. Karsinoma insitu dari tumor paru diduga terjadi akibat adanya jaringan parut tuberkulosis.

4. Pengaruh genetik dan status imunologis

Meskipun tumor paru tidak digolongkan sebagai penyakit genetik, berbagai studi genetik molekuler menunjukkan bahwa tumor paru terjadi karena adanya beberapa lesi genetik, termasuk aktivasi dari onkogen dominan dan inaktivasi dari tumor supresor atau onkogen resesif.
Selain itu juga adanya keterlibatan enzym Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Tumor paru lebih banyak didapatkan pada orang dengan aktivitas AHH yang sedang atau tinggi. Keadaan ini mungkin dapat menerangkan peranan faktor rokok sebagai salah satu faktor penyebab. Enzym AHH memetabolisir benzopyrene serta hidrokarbon polisiklik aromatik lainnya menjadi karsinogen yang lebih reaktif.
Status imunologis penderita yang dipantau dari respon imun seluler menunjukkan korelasi antara derajat diferensiasi sel, stadia penyakit, respon terhadap pengobatan, serta prognosis. Penderita yang anergi umumnya tidak memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar