Keloid adalah bekas luka yang tumbuh dan membesar secara berlebihan melebihi batas luka aslinya. Keloid mengandung fibroblast dan firil kolagen dalam densitas yang tinggi. Keloid berbeda dengan kulit normal yang sehat karena kayanya vaskularisasi, densitas sel mesenkim yang tinggi, serta menebalnya lapisan sel epidermis.
Keloid termasuk jinak, namun dapat memberikan rasa nyeri dan atau gatal, serta dapat membesar dalam ukuran. Meskipun jinak, keloid dapat memberikan dampak psikososial pada individu yang terkena yang patut untuk dipertimbangkan. Dampak psikososial yang akan dihadapi individu yang mempunyai keloid disebabkan karena perubahan kosmetik yang dapat mempengaruhi penampilan individu tersebut terutama bila keloid sangat besar ukurannya dan didapatkan pada daerah yang terlihat; perasaan tidak nyaman dan nyeri yang ditimbulkan; iritasi yang timbul bila terkena gesekan; terbatasnya pergerakan bila keloid sangat luas atau bila telah terjadi perlekatan yang disebut dengan kontraktur akan menyebabkan hilangnya fungsi bila terjadi di daerah persendian; dan bila individu yang terkena mengetahui bahwa keloid dapat timbul lagi setelah pemberian terapi termasuk setelah dilakukan pembedahan.
Terapi keloid dapat berupa terapi medikamentosa, terapi pembedahan, maupun radioterapi. Namun, tidak ada satupun intervensi yang efektif yang dapat menjamin hilangnya keloid. Fisiopatogenesis keloid belum terlalu jelas dalam literatur medis, meskipun hal ini telah banyak menjadi focus penelitian. Hal ini mengarahkan pada terapi empiris. Salah satu yang paling sering digunakan ialah terapi kortikosteroid intralesi yaitu dengan triamsinolon asetonida.
Triamsinolon asetonida seperti telah disebutkan di atas termasuk golongan kortikosteroid yaitu glukokortikoid. Injeksi triamsinolon asetonida intralesi akan menyebabkan turunnya sintesis kolagen yang merupakan hasil dari hipoaktivitas fibroblast, menurunnya kepadatan fibroblast atau juga maturasi dari sel-sel tersebut. Untuk meningkatkan disintegrasi kolagen di mana pada keloid didapatkan padatnya jaringan kolagen dan fibroblast, triamsinolon asetonida diduga dapat menurunkan secara signifikan jumlah alpha-1-antitrypsin and alpha-2-macroglobulin yang pada keloid didapatkan meningkat dan merupakan inhibitor alami dari kolagenase pada kulit manusia.
Keloid dapat dipicu oleh luka pada kulit, seperti luka bakar, gigitan serangga, acne, luka tindik, sayatan pada proses pembedahan, bekas cacar air, maupun luka bekas suntikan vaksinasi. Keloid lebih umum ditemukan pada wanita muda yaitu pada usia lebih muda dari 30 tahun dan berkulit gelap seperti bangsa Afrika-Amerika. Keloid timbul secara sporadis, namun predisposisi genetik pada keluarga telah ditemukan.
Keloid disebabkan oleh adanya deposisi kolagen yang berlebihan, sedangkan penyebab terjadinya deposisi kolagen ini masih belum diketahui secara jelas (11). Produksi kolagen pada penderita keloid dapat meningkat hingga lebih dari 20 kali produksi kolagen orang yang tidak menderita keloid. Fibroblas keloid memproduksi kolagen tipe I secara berlebihan, sedangkan tidak ditemukan perubahan pada kolagen tipe III. Tingkat kolagen solubel juga meningkat pada penderita keloid. Hal ini tercermin dari meningkatnya sintesis kolagen dan degradasi kolagen terpolimerisasi, atau menurunnya reaksi cross-linking.
Secara histologis, keloid terdiri dari nodul-nodul kolagen yang berpusar di jaringan mesenkim tebal yang kaya pembuluh darah dan lapisan epidermal yang menebal. Oklusi mikrovaskular juga tampak pada jaringan keloid. Oklusi ini berasal dari sel endotel yang berlebih. Hal ini menyebabkan lingkungan yang miskin oksigen pada jaringan keloid. Keadaan hipoksia jaringan inilah yang memicu fibroblas untuk memproduksi kolagen secara berlebih dan juga dapat memicu peningkatan produksi growth factor seperti vascular endothelial growth factor.
Keloid tampak seperti bengkak pada kulit, dapat berwarna merah, coklat kemerahan, atau berwarna seperti daging. Jaringan keloid terasa lunak bila disentuh, noduler, memiliki tepi yang jelas, dan dapat terasa gatal dalam proses pembentukan dan pertumbuhannya.
Jaringan keloid tumbuh pada bagian tubuh yang terluka. Namun, jaringan keloid memiliki kecenderungan untuk tumbuh pada luka di daerah tubuh tertentu, yaitu kulit dada, bahu, lengan atas, pipi, cuping telinga, dan punggung. Keloid juga sering meluas seiring dengan waktu.